LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PENYAKIT Ca. COLON
A. Pengertian
1.
Neoplasma / Kanker adalah pertumbuhan baru (atau
tumor) massa yang tidak normal akibat proliferasi sel-sel yang beradaptasi
tanpa memiliki keuntungan dan tujuan. Neoplasma terbagi atas jinak atau ganas.
Neoplasma ganas disebut juga sebagai kanker (cancer). (SylviaA Price, 2005).
2.
Karsinoma atau kanker kolon ialah keganasan tumbuh
lambat yang paling sering ditemukan daerah kolon terutama pada sekum, desendens
bawah, dan kolon sigmoid. Prognosa optimistik; tanda dan gejala awal biasanya
tidak ada. (Susan Martin Tucker, 1998).
3.
Kanker kolorektal adalah tumbuhnya sel-sel ganas dalam
tubuh di dalam permukaan usus besar atau rektum. Kebanyakan kanker usus besar
berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas biasa disebut adenoma yang dalam
stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat cepat).
4.
Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma)
yang dibentuk dari pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding
abdomen (perut), stoma ini dapat bersifat sementara atau permanen. (Brunner and
Suddarth, 2001).
Dari beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan kanker kolon adalah
tumbunhya sel-sel ganas di permukaan dalam usus besar (kolon) atau rektum. Lokasi tersering timbulnya kanker kolon adalah
di bagian sekum, asendens, dan kolon sigmoid, salah satu penatalaksanaannya
adalah dengan membuat kolostomi untuk mengeluarkan produksi faeces.
B. Etiologi
Penyebab jelas kanker usus besar belum diketahui secara pasti, namun
makanan merupakan faktor yang penting dalam kejadian kanker tersebut. Yaitu
berkorelasi dengan faktor makanan yang mengandung kolesterol dan lemak hewan
tinggi, kadar serat yang rendah, serta adanya interaksi antara bakteri di dalam
usus besar dengan asam empedu dan makanan, selain itu dapat juga dipengaruhi
oleh minuman yang beralkohol, khususnya bir.
C. Patofisiologi
Kanker kolon dan rektum terutama
berjenis histopatologis (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel dalam
usus = endot el). Munculnya tumor biasanya dimulai sebagai polip jinak, yang
kemudian dapat menjadi ganas dan menyusup, serta merusak; jaringan normal dan
meluas ke dalam struktur sekitarnya. Tumor dapat berupa masa polipoid, besar,
tumbuh ke dalam lumen, dan dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai striktura
annular (mirip cincin). Lesi annular lebih sering terjadi pada bagi
rektosigmoid, sedangkan lesi polipoid yang datar lebih sering terjadi pada
sekum dan kolon asendens. Tumor dapat menyebar melalui :
1.
Infiltrasi langsung ke struktur yang berdekatan,
seperti ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).
2.
Penyebaran lewat pembuluh limfe limfogen ke kelenjar
limfe perikolon dan mesokolon.
3.
Melalui aliran darah, hematogen biasanya ke hati
karena kolon mengalirkan darah balik ke sistem portal.
D.
Manifestasi klinis
Gejala klinis kanker usus besar yang
paling sering adalah perubahan pola defekas adanya perdarahan per anus, nyeri,
anemia, anoreksia dan penurunan berat badan tanda dan gejala penyakit ini
bervariasi sesuai dengan letak kanker, dan sering menjadi kanker yang
mengenai bagian kanan dan kiri usus besar .
Stadium pada pasien kanker kolon
menurut Syamsu Hidyat (1197) diantaranya:
1.
Stadium I bila keberadaan sel-sel kanker masih sebatas
pada lapisan dinding usus besar (lapisan mukosa).
2.
Stadium II terjadi saat sel-sel kanker sudah masuk ke
jaringan otot di bawah lapisan mukosa.
3.
Pada stadium III sel kanker sudah menyebur ke sebagian
kelenjar limfe yang banyak terdapat di sekitar usus.
4.
Stadium IV terjadi saat sel-sel kanker sudah menyerang
seluruh kelenjar limfe atau bahkan ke organ-organ lain.
E.
Klasifikasi
Klasifikai kanker kolon dapat
ditentukan dengan sistem TNM (T = tumor, N = kelenjar getah bening regional, M
=jarak metastese).
·
T
Tumor primer
·
TO Tidak ada tumor
·
TI Invasi hingga
mukosa atau sub mukosa
·
T2 Invasi ke
dinding otot
·
T3 Tumor
menembus dinding otot
·
N
Kelenjar limfa
·
N0 tidak ada
metastase
·
N1 Metastasis ke
kelenjar regional unilateral
·
N2 Metastasis ke
kelenjar regional bilateral
·
N3 Metastasis
multipel ekstensif ke kelenjar regional
·
M
Metastasis jauh
·
MO Tidak ada metastasis
jauh
·
MI Ada metastasis
jauh
F.
Komplikasi pada pasien dengan kanker kolon yaitu:
1.
Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus
parsial atau lengkap.
2.
Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen,
limfogen dan penyebaran langsung.
3.
Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh
darah sekitar kolon yang menyebabkan hemorragi.
4.
Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan
pembentukan abses.
5.
Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.
G. Pencegahan
Kanker Kolon.
1.
Konsumsi makanan berserat. Untuk memperlancar buang
air besar dan menurunkan derajat keasaman, kosentrasi asam lemak, asam empedu,
dan besi dalam usus besar.
2.
Asam lemak omega-3, yang terdapat dalam ikan tertentu.
3.
Kosentrasi kalium, vitamin A, C, D, dan E dan
betakarotin.
4.
Susu yang mengandung lactobacillus acidophilus.
5.
Berolahraga dan banyak bergerak sehingga semakin mudah
dan teratur untuk buang air besar.
6.
Hidup rileks dan kurangi stress.
H.
Penatalaksanaan (Medis, Keperawatan, Diet)
Penatalaksanaan Medis
1.
Pengobatan.
Bila sudah pasti ditemukan karsinoma kolorektal, maka
kemungkinan pengobatannya adalah:
a.
Pembedahan Reseksi.
Satu-satunya
pengobatan definitif adalah pembedahan reseksi dan biasanya diambil sebanyak
mungkin dari kolon, batas minimal adalah 5 cm di sebelah distal dan proksimal
dari tempat kanker. Untuk kanker di sekum dan kolon asendens biasanya dilakukan
hemikolektomi kanan dan dibuat anastomosis ileo-transversal. Untuk kanker di
kolon transversal dan di pleksura lienalis, dilakukan kolektomi subtotal dan
dibuat anastomosis ileosigmoidektomi. Pada kanker di kolon desendens dan
sigmoid dilakukan hemikolektomi kiri dan dibuat anastomosis kolorektal
transversal. Untuk kanker di rektosigmoid dan rektum atas dilakukan
rektosigmoidektomi dan dibuat anastomosis. Desenden kolorektal. Pada kanker di
rektum bawah dilakukan proktokolektomi dan dibuat anastomosis kolorektal.
b.
Kolostomi
Kolostomi
merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari pengeluaran
sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut), stoma ini dapat
bersifat sementara atau permanen.
Tujuan
Pembuatan Kolostomi adalah.
Untuk
tindakan dekompresi usus pada kasus sumbatan / obstruksi usus. Sebagai anus
setelah tindakan operasi yang membuang rektum karena adanya tumor atau penyakit
lain. Untuk membuang isi usus besar sebelum dilakukan tindakan operasi
berikutnya untuk penyambungan kembali usus (sebagai stoma sementara).
c.
Radioterapi
Setelah
dilakukan tindakan pembedahan perlu dipertimbangkan untuk melakukan radiasi
dengan dosis adekuat. Memberikan radiasi isoniasi pada neoplasma. Karena
pengaruh radiasi yang mematikan lebih besar pada sel-sel kanker yang sedang
proliferasi, dan berdiferensiasi buruk, dibandingkan terhadap sel -sel normal
yang berada di dekatnya, maka jaringan normal mungkin mengalami cidera da1am
derajat yang dapat ditoleransi dan dapat diperbaiki, sedangkan sel-sel kanker
dapat dimatikan, selanjutnya dilakukan kemoterapi.
d.
Kemoterapi
Kemoterapi
yang diberikan ialah 5-flurourasil (5-FU). Belakangan ini sering dikombinasi
dengan leukovorin yang dapat meningkatkan efektifitas terapi. Bahkan ada yang
memberikan 3 macam kombinasi yaitu: 5-FU, levamisol, dan leuvocorin. Dari hasil
penelitian, setelah dilakukan pembedahan sebaiknya dilakukan radiasi dan
kemoterapi.
I.
Penatalaksanaan Keperawatan
1.
Dukungan adaptasi dan kemandirian.
2.
Meningkatkan kenyamanan.
3.
Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
4.
Mencegah komplikasi.
5.
Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit,
prognosis, dan kebutuhan pengobatan.
J.
Penatalaksanaan Diet
1.
Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan
buah-buahan. Serat dapat melancarkan pencemaan dan buang air besar sehingga
berfungsi menghilangkan kotoran dan zat yang tidak berguna di usus, karena
kotoran yang terlalu lama mengendap di usus akan menjadi racun yang memicu sel
kanker.
2.
Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari)
3.
Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan
kolesterol tinggi terutama yang terdapat pada daging hewan.
4.
Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna
sintetik, karena hal tersebut dapat memicu sel karsinogen / sel kanker.
5.
Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang
berlebihan.
6.
Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara
teratur.
K.
Prognosis
Prognosis pasien yang terkena kanker
kolon lebih baik bila lesi masih terbatas pada mukosa dan submukosa pada saat
operasi; dan jauh lebih buruk bila telah terjadi penyebaran di luar usus
(metastasis) ke kelenjar limfe, hepar. paru, dan organ-organ lain.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN Ca. COLON
A.
Pengkajian
Pengkajian
pada pasien dengan kanker kolon menurut Marilynn E. Doenges (1999) diperoleh
data sebagai berikut sbb:
1. Aktivitas/istirahat
Pasien dengan kanker kolorektal biasanya merasakan tidak nyaman pada
abdomen dengan keluhan nyeri, perasaan penuh, sehingga perlu dilakukan
pengkajian terhadap pola istirahat dan tidur.
2. Sirkulasi
Gejala: Palpitasi, nyeri dada pada pergerakan kerja. Kebiasaan: perubahan
pada tekanan darah. Integritas ego . Faktor stress (keuangan, pekerjaan,
perubahan peran) dan cara mengatasi stress ( misalnya merokok, minum alkohol,
menunda mencari pengobatan, keyakinan religius/ spiritual)
Masalah tentang perubahan dalam penampilan misalnya, alopesia, lesi, cacat,
pembedahan.
Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak
merasakan, rasa bersalah, kehilangan. Tanda : Kontrol, depresi. Menyangkal,
menarik diri, marah.
3. Eliminasi
Adanya
perubahan fungsi kolon akan mempengaruhi perubahan pada defekasi pasien,
konstipasi dan diare terjadi bergantian. Bagaimana kebiasaan di rumah yaitu:
frekuensi, komposisi, jumlah, warna, dan cara pengeluarannya, apakah dengan
bantuan alat atau tidak adakah keluhan yang menyertainya. Apakah kebiasaan di
rumah sakit sama dengan di rumah.
Pada pasien
dengan kanker kolerektal dapat dilakukan pemeriksaan fisik dengan observasi
adanya distensi abdomen, massa akibat timbunan faeces.
Massa tumor di abdomen, pembesaran hepar akibat metastase, asites,
pembesaran kelenjar inguinal, pembesaran kelenjar aksila dan supra klavikula,
pengukuran tinggi badan dan berat badan, lingkar perut, dan colok dubur.
4. Makanan/cairan
Gejala:
kebiasaan makan pasien di rumah dalam sehari, seberapa banyak dan komposisi
setiap kali makan adakah pantangan terhadap suatu makanan, ada keluhan
anoreksia, mual, perasaan penuh (begah), muntah, nyeri ulu hati sehingga
menyebabkan berat badan menurun.
Tanda: Perubahan pada
kelembaban/turgor kulit; edema
5. Neurosensori
Gejala: Pusing; sinkope, karena pasien kurang beraktivitas, banyak tidur
sehingga sirkulasi darah ke otak tidak lancar.
6. Nyeri/kenyamanan
Gejala: Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi misalnya ketidaknyamanan
ringan sampai nyeri berat (dihubungkan dengan proses penyakit)
7. Pernapasan
Gejala: Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seorang perokok). Pemajanan asbes
8. Keamanan
Gejala:
Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen. Pemajanan matahari lama/berlehihan.
9. Tanda:
Demam.
Ruam ku1it,
ulserasi
10. Seksualitas
Gejala: Masalah seksual misalnya dampak pada hubungan peruhahan pada
tingkat kepuasan. Multigravida lebih besar dari usia 30 tahun .
Multigravida, pasangan seks
multipel, aktivitas seksual dini, herpes genital.
11. Interaksi
sosial
Gejala: Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung. Riwayat perkawinan
(berkenaan dengan kepuasan di rumah, dukungan, atau bantuan).
12. Masalah
tentang fungsi/ tanggungjawab peran penyuluhan/pembelajaran
Gejala: Riwayat kanker pada keluarga misalnya ibu atau
bibi dengan kanker payudara
B.
Pemeriksaan Penunjang.
1.
Endoskopi. Pemeriksaan endoskopi perlu dikerjakan,
baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi. Gambaran yang khas karsinoma atau ulkus
akan dapat dilihat dengan jelas pada endoskopi, dan untuk menegakkan diagnosis
perlu dilakukan biopsi.
2.
Radiologi. Pemeriksaan radiologi yang dapat dikerjakan
antara lain adalah : foto dada dan foto kolon (barium enema). Pemeriksaan foto
dada berguna selain untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker pada paru juga
bisa digunakan untuk persiapan tindakan pembedahan. Pada foto kolon dapat dapat
terlihat suatu filling defect pada suatu tempat atau suatu striktura.
3.
Ultrasonografi (USG). Pemeriksaan ini berguna untuk
mendeteksi ada tidaknya metastasis kanker kelenjar getah bening di abdomen dan
di hati.
4.
Histopatologi/ Selain melakukan endoskopi sebaiknya
dilakukan biopsi di beberapa tempat untuk pemeriksaan histopatologis guna
menegakkan diagnosis. Gambaran histopatologi karsinoma kolorektal ialah adenokarsinoma,
dan perlu ditentukan differensiasi sel.
5.
Laboratorium. Tidak ada petanda yang khas untuk
karsinoma kolorektal, walaupun demikian setiap pasien yang mengalami perdarahan
perlu diperiksa Hb. Tumor marker (petanda tumor) yang biasa dipakai adalah CEA.
Kadar CEA lebih dari 5 mg/ ml biasanya ditemukan karsinoma kolorektal yang
sudah lanjut. Berdasarkan penelitian, CEA tidak bisa digunakan untuk mendeteksi
secara dini karsinoma kolorektal, sebab ditemukan titer lebih dari 5 mg/ml
hanya pada sepertiga kasus stadium III. Pasien dengan buang air besar lendir
berdarah, perlu diperiksa tinjanya secara bakteriologis terhadap shigella dan
juga amoeba.
6.
Scan (misalnya, MR1. CZ: gallium) dan
ultrasound: Dilakukan untuk tujuan diagnostik, identifikasi metastatik, dan
evaluasi respons pada pengobatan.
7.
Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum): Dilakukan untuk
diagnostik banding dan menggambarkan pengobatan dan dapat dilakukan melalui
sum-sum tulang, kulit, organ dan sebagainya.
8.
Jumlah darah lengkap dengan diferensial dan trombosit:
Dapat menunjukkan anemia, perubahan pada sel darah merah dan sel darah putih:
trombosit meningkat atau berkurang.
9.
Sinar X dada: Menyelidiki penyakit paru metastatik
atau primer.
C.
Diagnosa Keperawatan.
Diagnosa keperawatan berdasarkan analisa data menurut Marilynn
E. Doenges (1999), Brunner and Suddarth (2001), dan Lynda Juall
Carpenito (1997).
1.
Ansietas / ketakutan berhubungan dengan krisis situasi
(kanker)
2.
Nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jaringan dan
reflek spasme otot sekunder akibat kanker usus besar.
3.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan status hipometabolik berkenaan dengan kanker.
4.
Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kurang masukan cairan
5.
Keletihan berhubungan dengan perubahan kimia tubuh:
efek samping obat- obatan, kemoterapi.
6.
Risiko tinggi terhadap kerusakan kulit / jaringan
berhubungan dengan insisis bedah, pembentukan stoma dan kontaminasi.
7.
Risiko tinggi terhadap konstipasi / diare berhubungan
dengan karsinoma kolon.
D.
Perencanaan
1.
Diagnosa Keperawatan 1 : Ansietas/ ketakutan
berhubungan dengan krisis situasi (kanker)
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan ansietas dapat berkurang atau dapat dikontrol
Kriteria Evaluasi :
a.
Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan
berkurangnya rasa takut
b.
Dapat mengungkapkan rasa takutnya
c.
Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang
d.
Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif
e.
Dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya.
Intervensi :
a.
Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan
perasaan.
b.
Berikan lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman.
c.
Pertahankan kontak sering dengan pasien.
d.
Bantu pasien/ orang terdekat dalam mengenali rasa
takut
e.
Tingkatkan rasa tenang dan lingkungan tenang
2.
Diagnosa Keperawatan 2 : Nyeri (akut) berhubungan
dengan terputusnya kontinuitas jaringan kulit sekunder terhadap tindakan
pembedahan.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat melaporkan
penghilangan nyeri maksimal/kontrol dengan pengaruh minimal
Kriteria Evaluasi:
a.
Mengungkapkan nyeri hilang atau berkurang secara
bertahap
b.
Mengungkapkan rasa nyerinya
c.
Mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan
d.
Mendemonstrasikan ketrampilan relaksasi
e.
Dapat melakukan tekhnik relaksasi nafas dalam jika
nyeri timbul dan tekhnik pengalihan lainnya.
Intervensi
a.
Tentukan riwayat nyeri, misalnya lokasi nyeri,
frekuensi, durasi, dan intensitas, serta tindakan penghilang yang dilakukan.
b.
Berikan tindakan kenyamanan dasar dan aktivitas
hiburan.
c.
Dorong ketrampilan manajemen nyeri misalnya teknik
relaksasi napas dalam (dengan cara tarik nafas melalui hidung tahan sampai
hitungan sepuluh lalu hembuskan pelan -pelan melalui mulut sambil dirasakan),
tertawa, musik, dan sentuhan terapetik.
d.
Evaluasi penghilangan nyeri/ kontrol.
3.
Diagnosa Keperawatan 3 : Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan dengan
kanker .
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat
mendemonstrasikan berat badan stabil.
Kriteria Evaluasi:
a.
Pengungkapan pemahaman pengaruh individual pada
masukan adekuat
b.
Berpartisipasi dalam intervensi spesifik
c.
Menunjukkan peningkatan berat badan secara bertahap
d.
Tidak menunjukkan gejala mual dan muntah.
Intervensi :
a.
Pantau masukan setiap hari.
b.
Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.
c.
Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori dan kaya
nutrien dengan masukan cairan adekuat.
d.
Dorong pasien untuk makan dengan porsi kecil tetapi
sering.
e.
Ciptakan suasana makan yang menyenangkan.
f.
Identifikasi pasien yang mengalami mual/muntah yang
diantisipasi.
4.
Diagnosa Keperawatan 4 : Risiko tinggi terhadap kekurangan
volume cairan berhubungan dengan kurang adekuatnya masukan cairan.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan kekurangan volume cairan tidak terjadi.
Kriteria Evaluasi:
a.
Menunjukkan keseimbangan adekuat dibuktikan oleh
tanda-tanda vital stabil, membran mukosa lembab. turgor kulit baik
b.
TTV dalam batas normal : TD 120/80 mmHg N 80-88 x/mnt
RR 16-24 x/mnt S 36-37oC.
c.
intake dan out put seimbang.
Intervensi :
a.
Pantau masukan dan keluaran dan berat jenis.
b.
Timbang berat badan sesuai indikasi
c.
Pantau TTV
d.
Dorong peningkatan masukan cairan sampai 3000 ml/hari
sesuai toleransi individu.
e.
Kaji turgor kulit dan membran mukosa
5.
Diagnosa Keperawatan 5: Keletihan berhubungan dengan
perubahan kimia A tubuh: efek samping obat-obatan, kemoterapi.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat melaporkan
perbaikan rasa berenergi.
Kriteria Evaluasi:
a.
Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan pada
tingkat kemampuan
b.
Melakukan aktivitas secara bertahap
c.
Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Intervensi :
a.
Rencanakan perawatan untuk memungkinkan periode
istirahat.
b.
Buat tujuan aktivitas realistis dengan pasien.
c.
Dorong pasien untuk melakukan apa saja bila mungkin.
d.
Pantau respons fisiologis terhadap aktivitas
e.
Dorong masukan nutrisi.
6.
Diagnosa keperawatan 6 : Risiko tinggi terhadap
kerusakan kulit/jaringan berhubungan dengan penurunan imunologis
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat
mengidentifikasi pelaksanaan yang tepat untuk kondisi khusus.
Kriteria Evaluasi:
a.
Berpartisipasi dalam teknik untuk mencegah
komplikasi/meningkatkan penyembuhan cepat
b.
Tidak terdapat tanda-tanda kerusakan integritas kulit.
Interverensi :
a.
Kaji keadaan kulit dengan sering terhadap efek samping
terapi kanker.
b.
Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan.
c.
Dorong pasien untuk menghindari menggaruk dan menepuk
kulit yang kering.
d.
Baliklah/ubah posisi dengan sering.
e.
Anjurkan pasien untuk menghindari krim kulit apapun,
salep, dan bedak kecuali diizinkan dokter.
7.
Diagnosa Keperawatan 7 : Risiko tinggi terhadap
konstipasi/diare berhubungan dengan karsinoma kolon.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat mempertahankan
konsistensi/pola defekasi umum.
Kriteria Evaluasi :
a.
Mengungkapkan pemahaman tentang faktor dan
intervensi/solusi yang tepat berkenaan dengan situasi individu
b.
BAB dalam batas normal 1-2 x/hari
c.
Menghindari makanan yang dilarang misalnya tinggi
lemak, tinggi protein dan rendah serat
Interverensi :
a.
Pastikan kebiasaan eliminasi umum.
b.
Kaji bising usus dan pantau gerakan usus termasuk
frekuensi dan konsistensi.
c.
Pantau masukan dan keluaran serta berat badan.
d.
Dorong masukan adekuat, berikan makanan sedikit tapi
sering dengan makanan rendah serat.
e.
Pastikan diet yang tepat; hindari makanan tinggi
lemak.
E.
Implementasi
1.
Diagnosa Keperawatan 1 : Ansietas/ ketakutan
berhubungan dengan krisis situasi Pelaksanaannya adalah : Mendorong pasien
untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan, memberikan lingkungan terbuka dimana
pasien merasa aman, mempertahankan kontak sering dengan pasien, membantu
pasien/orng yang terdekat mengenali rasa takut, meningkatkan rasa tenang dan
lingkungan yang tenang.
2.
Diagnosa Keperawatan 2 : Nyeri (akut) berhubungan
dengan terputusnya kontinuitas Pelaksanaannya adalah : Menentukan riwayat
nyeri, misalnya lokasi nyeri, frekuensi, durai, dan intensitas, serta tindakan
yang dilakukan, mendorong keterampilan manajemen nyeri misalnya tehnik
relaksasi nafas dalam (dengan cara tarik nafas melelui hidung tahan sampai hitungan
sepuluh lalu hembuskan pelan-pelan melalui mulut sambil dirasakan), tertawa,
musik dan sentuhan terampik, evaluasi penghilangan nyeri/kontrol.
3.
Diagnosa Keperawatan 3 : Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Pelaksanaannya
adalah : Memantau masukkan setiap hari, menimbang berat badan setiap hari atau
sesuai indikasi, mendorong pasien untuk makan diet tinggi kalori dan kaya
nutrien dengan masukkan cairan adekuat, mendorong pasien untuk makan dengan
porsi kecil tapi sering, menciptakan suasana makan yang menyenangkan,
mengidentifikasi pasien yang mengalami mual/muntah yang diantisipasi.
4.
Diagnosa Keperawatan 4 : Risiko tinggi terhadap
kekurangan volume
Pelaksanaannya
adalah : Memantau masukkan dan keluaran berat jenis, menimbang berat badan sesuai
indikasi, memantau TTV, mendorong peningkatan masukkan cairan sampai 3000
ml/hari sesuai toleransi individu, mengkaji turgor kulit dan membran mukosa.
5.
Diagnosa Keperawatan 5: Keletihan berhubungan dengan
perubahan kimia A tubuh: efek samping obat-obatan, kemoterapi.
Pelaksanaannya
adalah : Merencanakan perawatan untuk memungkinkan periode istirahat, membuat
tujuan aktivitas realistis dengan pasien, mendorong pasien untuk melekukan
apasaja bila mungkin, memantau respon fisiologis terhadap aktivitas, mendorong
masukan nutrisi.
6.
Diagnosa keperawatan 6 : Risiko tinggi terhadap
kerusakan kulit/jaringan berhubungan dengan penurunan imunologis
Pelaskanaannya
adalah: Mengkaji kulit dengan sering terhadap efek samping terapi kanker,
memandikan dengan air hangat dan sabun ringan, mendorong pasien untuk
menghindari, menggaruk dan menepuk kulit yang kering, merubah posisi dengan
sering, menganjurkan pasien untuk menghindari krim kulit apapun, salep dan
bedak kecuali diijinkan dokter.
7.
Diagnosa Keperawatan 7 : Risiko tinggi terhadap
konstipasi/diare berhubungan dengan karsinoma kolon.
Pelaksanaannya
: adalah memastikan kebiasaan eliminasi umum, mengkaji bising usus dan pantau
gerakan usus termasuk frekuensi dan konsistensi, memantau masukan dan keluaran
serta berat badan, mendorong masukan adekuat, berikan makanan sedikit tapi
sering dengan makanan rendah sisa, memastikan diet yang tepat, hindari makanan
tinggi lemak.
F.
Evaluasi
1.
Evaluasi terhadap tindakan diagnosa keperawatan :
Ansietas/ketakutan berhubungan dengan krisis situasi (kanker)
Kriteria evaluasi :
a.
Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan
berkurangnya rasa takut
b.
Dapat mengungkapkan rasa takutnya
c.
Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang
d.
Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif
e.
Dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya.
2.
Evaluasi terhadap tindakan diagnosa keperawatan
nyeri (akut) berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan skunder
terhadap tindakan pembedahan.
Kriteria evaluasi:
a.
Mengungkapkan nyeri hilang atau berkurang secara
bertahap
b.
Mengungkapkan rasa nyerinya
c.
Mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan
d.
Mendemonstrasikan ketrampilan relaksasi
e.
Dapat melakukan tekhnik relaksasi nafas dalam jika
nyeri timbul dan tekhnik pengalihan lainnya.
3.
Evaluasi terhadap tindakan diagnosa
keperawatan: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
status hipermetabolik berkenaan dengan kanker.
Kriteria evaluasi:
a.
Pengungkapan pemahaman pengaruh individual pada
masukan adekuat
b.
Berpartisipasi dalam intervensi spesifik
c.
Menunjukkan peningkatan berat badan secara bertahap
d.
Tidak menunjukkan gejala mual dan muntah.
4.
Evaluasi terhadap tindakan diagnosa
keperawatan: Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kurang masukan cairan.
Kriteria evaluasi:
a.
Menunjukkan keseimbangan adekuat dibuktikan oleh
tanda-tanda vital stabil, membran mukosa lembab. turgor kulit baik
b.
TTV dalam batas normal : TD 120/80 mmHg N 80-88 x/mnt
RR 16-24 x/mnt S 36-37oC.
c.
intake dan out put seimbang.
5.
Evaluasi terhadap tindakan diagnosa
keparawatan: Keletihan berhubungan dengan perubahan kimia A tubuh: efek samping
obat-obatan, kemoterapi.
Kriteria evaluasi:
a.
Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan pada
tingkat kemampuan
b.
Melakukan aktivitas secara bertahap
c.
Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
6.
Evaluasi terhadap tindakan diagnosa keperawatan:
Risiko tinggi terhadap kerusakan kulit/jaringan berhubungan dengan penurunan
imunologis
Kriteria evaluasi:
a.
Berpartisipasi dalam teknik untuk mencegah
komplikasi/meningkatkan penyembuhan cepat
b.
Tidak terdapat tanda-tanda kerusakan integritas kulit.
7.
Diagnosa Keperawatan 7 : Risiko tinggi terhadap
konstipasi/diare berhubungan dengan karsinoma kolon.
Kriteria evaluasi:
a.
Mengungkapkan pemahaman tentang faktor dan
intervensi/solusi yang tepat berkenaan dengan situasi individu
b.
BAB dalam batas normal 1-2 x/hari
c.
Menghindari makanan yang dilarang misalnya tinggi
lemak, tinggi protein dan rendah serat.
DAFTAR
PUSTAKA
Barbara
C Long, Perawatan Medikal Bedah
(Terjemahan), Yayasan IAPK Padjajaran Bandung, September 1996, Hal. 443 - 450
Doenges
Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan
(Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien), Edisi 3,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Tahun 2002, Hal ; 52 – 64 & 240 – 249.
Junadi
P, Atiek S, Husna A, Kapita selekta Kedokteran (Efusi Pleura), Media
Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universita Indonesia, 1982, Hal.206 - 208
Wilson
Lorraine M, Patofisiologi (Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit), Buku 2,
Edisi 4, Tahun 1995, Hal ; 704 – 705 & 753 - 763.
Pearce
C. Evelyn, Anatomi dan Fisiologi Untuk
Para Medis, Gramedia, Jakarta, 2009, Hal.122 - 126